Setiap menjelang masa Paskah dan Natal, umat di lingkungan kami biasanya menerima celengan APP/AAP berupa celengan plastik sekali pakai. Disebut “sekali pakai” karena untuk mengambil uang dari dalamnya, celengan tersebut harus digunting atau diiris, sehingga tidak bisa digunakan kembali.

Bermula dari keresahan kami terhadap limbah yang dihasilkan oleh celengan tersebut—dan bertepatan dengan tema APP Keuskupan Bogor tahun 2020, “Umat Keuskupan Bogor Berkiprah Menyelamatkan Bumi dari Sampah Plastik”—lingkungan kami, St. Katarina Siena, menyambutnya dengan sebuah langkah nyata: mengurangi limbah plastik melalui pembuatan celengan ramah lingkungan.

Lingkungan St. Katarina Siena sendiri terbentuk pada tahun 2020, hasil pemekaran dari lingkungan St. Isabela. Saat itu, kami baru terdiri dari 22 kepala keluarga. Sejak awal, kami mencoba menetapkan beberapa kebiasaan baru yang ramah lingkungan, di antaranya:

• Setiap ada kegiatan lingkungan, umat diimbau membawa tumbler atau botol minum sendiri.
  
• Tuan rumah tidak diwajibkan menyediakan snack atau air minum kemasan, untuk meringankan beban serta mengurangi sampah plastik.
  
• Celengan APP/AAP dibuat sendiri dari toples bekas wadah sosis yang kemudian dihias dengan cat warna-warni.
  

Meskipun toples tersebut berbahan dasar plastik, kami memanfaatkannya kembali (reuse) agar tidak menjadi limbah baru. Awalnya, ide ini sempat diragukan oleh sebagian umat karena bahan yang digunakan masih plastik. 

Namun seiring waktu, kami berhasil menunjukkan bahwa celengan ini bisa digunakan berulang kali dan jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan model celengan sekali pakai.

Tanpa terasa, sudah lima tahun berlalu. Di tahun 2025 ini, beberapa celengan lukis kami mulai memudar warnanya. Selain itu, jumlah kepala keluarga di lingkungan kami juga bertambah, sehingga diperlukan celengan-celengan baru dan peremajaan yang lama.

Pada hari Minggu, 26 Januari 2025, setelah mengikuti Misa, beberapa umat berkumpul di rumah keluarga Anselmus Pudji Rahardjo (Komplek Puri Anggrek Mas, Blok C2/10) untuk melukis ulang dan membuat celengan baru. 

Mereka yang merasa kurang percaya diri dalam melukis membantu mengecat dasar, sementara yang lebih berbakat mulai melukis. Tidak ada standar gambar atau tuntutan harus bagus. Semua bebas mengekspresikan diri dengan sukacita—saling memuji, bercanda, dan tertawa bersama.

Kegiatan ini bukan hanya menjadi wujud kepedulian terhadap lingkungan, tetapi juga menjadi sarana berkomunio dan menyalurkan bakat-bakat seni yang selama ini terpendam.

Demikianlah sekelumit kisah dari lingkungan kami. Semoga dapat menjadi inspirasi bagi umat lain untuk bersama-sama menjaga bumi dengan langkah kecil yang bermakna.

Aloysia Erna Nursilowati

Ibu Nunung adalah ibu rumah tangga yang aktif melayani sebagai sekretaris Lingkungan St. Katarina Siena dan anggota kelompok gamelan Lokananta di Gereja St. Herkulanus. Kecintaannya pada seni terlihat dari karya lukis, tabuhan saron, hingga rosario-rosario cantik buatannya.