
Lima Roti Jelai dan Dua Ikan (Yohanes 6:9)
“Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?“
Pasti kita sudah tidak asing lagi dengan penggalan ayat di atas yang diucapkan salah satu murid Yesus, Andreas, saudara Simon Petrus kepada Yesus. Andreas menjawab dengan kalimat tersebut saat Yesus bertanya kepada para murid “Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?” Sebuah pertanyaan retoris yang diajukan Yesus untuk menguji para murid dan sebenarnya Yesus sendiri sudah tahu apa yang akan Ia perbuat saat itu. Tercatat lima ribu orang laki-laki, belum termasuk anak-anak dan wanita, makan sampai kenyang pada hari itu dan bahkan masih tersisa dua belas bakul di akhir perjamuan. Kisah fenomenal sang Guru memberi makan orang yang berbondong-bondong ingin mendengarkanNya saat itu bukan semata tentang makanan tetapi kepada penggenapan identitas Yesus sebagai sang Gembala baik. Sang gembala, yang juga sang roti hidup itu sendiri, menunjukkan kasih kepada domba-dombanya dan membebaskan mereka dari kebutaan dan kekosongan hidup.
Kutipan ayat di atas kiranya serupa (meski tak persis sama detilnya) dengan pengalaman yang dialami sekitar lima puluhan warga Petrus Claver pada hari Sabtu, 23 November yang lalu. Dengan banyaknya keterbatasan seperti waktu persiapan dan sarana yang dihadapi tidak menyurutkan kerinduan warga untuk berkumpul bersama di Taman Doa Bunda Maria Ratu, Sukatani. Kerelaan warga untuk berbagi apa yang mereka miliki, layaknya si anak kecil pemilik roti jelai, dilipatgandakan berkatnya pada hari itu.
Berkat pertama adalah berkat semangat dan kehadiran para umat untuk berpartisipasi di acara tersebut. Pada awalnya kami tak menyangka akan menarik minat warga sebanyak ini mengingat kegiatan ini sifatnya cukup “spontan”, tanpa persiapan waktu yang lama. Namun ternyata hanya seminggu sebelum hari H, saat pengumuman acara gathering ini dikirim melalui WA ke seluruh warga lingkungan, tanggapan umat sangat positif. Pendaftaran bahkan sampai diundur dari waktu yang ditentukan karena masih ada umat yang tergerak untuk terlibat. Warga yang berkumpul pada saat acara juga bervariasi meliputi anak-anak, OMK, dewasa, dan lansia. Kadang kita bertanya dalam hati, seperti rasul Andreas: “Apakah pemberianku berarti untuk orang sebanyak itu? Apakah kehadiranku memiliki makna bagi sesama? Ternyata, sekecil apapun yang kita tawarkan saat dipersembahkan dengan tulus, Tuhan Yesus yang menyempurnakan pemberian “yang kecil” itu.
Berkat yang kedua adalah cuaca cerah saat acara berlangsung. Selama beberapa hari ini, hujan selalu mengguyur daerah Depok dan sekitarnya, bahkan sehari sebelum acara hujan angin dan lampu mati melanda area Tanah Baru, Beji. Syukurlah, pada hari itu begitu cerah. Udara cukup panas tetapi tidak menyengat sehingga acara di luar ruangan berjalan lancar dibawah sela-sela pohon. Awan mendung masih terlihat dan baru turun gerimis saat acara selesai dan umat mulai meninggalkan lokasi acara ke rumah masing-masing.
Kemudian, campur tangan Tuhan juga terlihat nyata dalam menyediakan kendaraan bagi seluruh rombongan. Dengan jumlah awal peserta empat puluhan orang yang kemudian membengkak menjadi 50 orang pada H minus 1, membuat sedikit ‘deg-degan’. Pertanyaan cukup tidaknya kendaraan yang akan mengangkut umat berkelindan di kepala, mengingat ada beberapa peserta yang memiliki kendaraan tidak bisa bertemu di titik kumpul pada hari H karena ada keperluan lain yang tidak bisa ditinggalkan. Satu hal yang menguatkan adalah keyakinan bahwa Tuhan pasti menyediakan apa yang dibutuhkan. Dan ternyata hal itu sungguh terjadi dan bahkan Ia memberi banyak kelebihan. Kapasitas total mobil sampai sisa, bahkan lebih dari yang diperkirakan dengan jumlah awal yang sudah tercatat. Rencana kami yang mau menyewa grab cars ternyata pupus karena ada donatur kendaraan dari umat tepat sehari sebelum hari keberangkatan. Sungguh, God is the real provider!
Berkat selanjutnya berupa makanan yang berlimpah bagi semua yang hadir. Sesungguhnya, panitia sudah memesan makanan dan minuman untuk acara hari itu. Namun demikian, hal ini tidak mengurungkan niat beberapa warga untuk tetap berbagi “lima roti jelai dan dua ikan” dengan murah hati. Roti jelai hari itu berupa donat bertabur gula putih yang lembut, pisang goreng legit, kue, sampai aneka keripik renyah, dan aneka makanan lainnya. Semua yang hadir makan sampai kenyang dan di akhir acara beberapa umat masih bisa mengumpulkan beberapa “bakul” untuk dibawa pulang.
Karunia berikutnya adalah kesabaran dalam persaudaraan iman yang dimiliki para peserta dan panitia. Berkumpul dalam acara bersama memang menyenangkan namun bukan berarti tanpa kendala. Rentang usia yang bervariasi juga membuat minat masing-masing kelompok cukup berwarna. Kesabaran untuk menunggu kendaraan di awal hari, menunggu instruksi, menunggu antrian makan atau rest room, menunggu acara di gedung utama selesai, menunggu giliran bicara dengan sabar, ataupun menunggu kapan acara selesai karena sudah lewat waktu dari yang dijadwalkan. Menunggu seringkali bukanlah hal yang mudah untuk dijalani dan kita diajak melatih diri ‘menunggu’ waktu Tuhan dengan tetap berpengharapan tanpa mengeluh, tanpa bersungut-sungut, dan berpikir yang baik terhadap sesama.
Kelancaran acara gathering pada hari itu bisa terlaksana dengan meriah berkat campur tangan banyak orang yang murah hati dan ringan tangan untuk membantu. Mulai dari buku-buku bergambar dan hadiah anak-anak, souvenir untuk Romo, door prize, peralatan yang digunakan di acara tersebut, sampai tagihan makan siang yang langsung lunas berasal dari para donatur yang baik hati. Beberapa umat yang belum bisa hadirpun turut menyumbangkan dana yang tidak sedikit. Banyak tangan bekerja, banyak kepala menuangkan ide, banyak umat yang bermurah hati berbagi, dan tentu saja peran Ibu ketua lingkungan yang setia melayani warganya tanpa kenal lelah hingga semua acara berjalan lancar.
Sebagai kesimpulan, gathering di hari Sabtu itu mengingatkan kembali betapa Tuhan sungguh adalah Allah yang menyejarah. Ia setia menunjukkan kasih-Nya dari dulu, kini, dan nanti. Tuhan hadir dalam keseharian kita dan terus berkarya mencukupkan segala apa yang dibutuhkan anak-anakNya melalui banyak cara. Sering kita merasa apakah artinya “pemberianku” bagi orang sebanyak itu? Meskipun sesederhana memberikan senyum, waktu, telinga untuk mendengar, ataupun kehadiran diri bagi orang lain ketika dilakukan dengan sepenuh hati, Tuhan berkenan dan menyempurnakan persembahan itu.
Hari itu, saya menyaksikan begitu banyak orang yang berhati seperti “si anak kecil pemilik lima roti jelai dan dua ikan” di lingkungan tercinta ini. Di saat hati terbuka untuk memberi dan berbagi disitu berkat dilipatgandakan. Berkat yang mungkin kita anggap sepele ternyata mampu memberkati banyak orang. Terima kasih seluruh umat lingkungan Petrus Claver untuk pengalaman di penghujung bulan hujan ini. Kiranya berkat Tuhan selalu menyertai kita semua. Tuhan Yesus memberkati dan Bunda melindungi.
Salam hangat,
26 November 2024
Roselita
Tribute: Judul dan kutipan ayat terinspirasi dari Mbak Desty