Rampak Sekar Di Paroki Santo Herkulanus Depok Untuk Memeriahkan Hari Ulang Tahun ke 75 Keuskupan Bogor

Sabtu (1/06/2024) di Paroki Santo Herkulanus Depok, diadakan kegiatan seni budaya, yaitu lomba paduan suara, yang dinamakan Rampak Sekar. Kegiatan Ini diadakan untuk merayakan ulang tahun Keuskupan Bogor yang ke-75 yang jatuh di tahun 2023 lalu.

Perayaan ulang tahun Keuskupan Bogor ini sendiri terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan yang dimulai di awal tahun 2024, hingga nanti ditutup pada bulan Desember 2024. Seluruh paroki di wilayah Keuskupan Bogor, termasuk Paroki St. Herkulanus, turut berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan yang salah satunya adalah Rampak Sekar.

Kata Rampak Sekar sendiri berasal dari Bahasa Sunda yang bila diterjemahkan secara bebas, berarti Paduan Suara.

Di Paroki Herkulanus, kegiatan lomba dilakukan di tingkat lingkungan. Namun ada juga lingkungan yang bergabung dengan lingkungan lain, sebagai satu peserta. Dari total 20 lingkungan, 16 lingkungan turut berpartisipasi dalam lomba, meski ada tiga peserta yang merupakan gabungan dari dua lingkungan.

Berikut daftar peserta yang berpartisipasi dalam lomba beserta nomor urutnya:

Sementara di paroki-paroki lain, peserta Rampak Sekar terdiri dari wilayah dan bukan lingkungan.

Acara dimulai dengan doa yang dibawakan oleh Pastor Vikaris Herkulanus, RD Dismas Aditya. Dilanjutkan dengan kata sambutan oleh Pastor Paroki RD Agustinus Surianto Himawan.

“Antusiasme dari umat Herkulanus dalam mengikuti koor dan rampak sekar ini sangat luar biasa”, menurut Romo Dismas. Foto: Sie. Komsos.

Acara lomba Rampak Sekar ini kemudian dibuka dengan dimainkannya 3 alat musik angklung dan 1 ukulele yang dipegang oleh Romo Agus selaku Pastor Paroki, Romo Dismas selaku Pastor Vikaris, Ignatia Irwa Rusmawati selaku perwakilan Dewan Pastoral Paroki (DPP), dan Yohanes Hadi Sumarwoto selaku perwakilan Dewan Keuangan Paroki (DKP).

Kegiatan yang dimulai sejak pagi ini, mengundang tiga orang juri, yaitu: Frans Nuryuli Wibawa, RD Thomas Gregorius Slamet Riyadi, dan Fransiskus Sulis W. atau biasa dipanggil Pak Didit. 

Dewan juri mengumumkan pemenang lomba. Foto: Sie. Komsos.

Selain ketiga juri, tampak hadir pula salah satu pencipta lagu Mars Keuskupan Bogor, Thomas Aquino Suhardjono, yang juga merupakan umat Herkulanus. Pak Thomas, demikian beliau akrab disapa, memberikan sedikit cerita sejarah mengenai lagu wajib yang akan dibawakan oleh para peserta.

Sambutan Dari Pak Thomas. Foto: Sie. Komsos.

Nantinya para pemenang dari tiap paroki akan maju untuk berlomba di tingkat Dekenat Utara, pada hari Sabtu (8/6/2024) bertempat di Paroki Santo Paulus, Depok.

Sebelum mengumukan siapa tiga pemenang, para juri memberikan sedikit komentar, pesan, dan kesan untuk para peserta, panitia, dan juga umat Herkulanus.

Menurut Nur Yuli Wibawa, sesuai dengan SOP Rampak Sekar, bahwa yang diharapkan dari para peserta adalah: keberagaman usia peserta, harus terdiri dari anak-anak, remaja, orang muda, bahkan lansia. Selain itu para peserta diharapkan tidak terpaku dengan alat musik organ saja, namun dibatasi dengan alat musik perkusi. Para peserta juga diharapkan memiliki kreatifitas untuk menghadirkan gerak tari sederhana saat membawakan lagu.

Frans Nuryuli Wibawa memberikan sedikit paparan mengenai Rampak Sekar. Foto: Sie. Komsos.

Ditambahkannya, “Tujuan dari lomba ini, agar gereja menghasilkan lingkungan yang dapat melayani koor, organis, dan mazamur dengan baik”.

RDThomas Gregorius Slamet Riyadi terkesan atas partisipasi umat yang sangat luar biasa, serta keterlibatan yang sangat baik. Harapan beliau untuk Paroki St. Herkulanus, agar jangan berhenti di momen-momen tertentu seperti ini, namun juga diusahakan untuk membuat program yang serupa, yang sesuai dengan visi dan misi paroki.

RD Thomas Gregorius Slamet Riyadi selaku juri memberikan pesan-pesan kepada peserta. Foto: Sie. Komsos.

Tambahan juga dari Romo Thomas, “Bernyanyi memerlukan ketulusan. Bernyanyi juga memerlukan rasa syukur dan ekspresi. Jika kita tidak bernyanyi dengan tulus dan ekspresi maka feel dari lagu tersebut tidak akan sampai ke audience“.

Fransiskus Sulis W, salah satu juri yang merasa senang dan bangga atas semangat para peserta. Foto: Sie. Komsos.

“Yang paling menarik dari ketiga peserta tersebut ialah pertama dari kualitas suara. Dari segi performance mereka juga lebih nge-blend. Penampilan mereka juga sangat bagus karena komposisi yang diberikan sesuai, serta keselarasan yang baik”, ucap Pak Didit, ketika ditanyakan mengapa para juri memilih ketiga lingkungan tsb sebagai pemenang.

Hal senada disampaikan pula oleh Bapak Frans, yaitu umat cukup antusias dan ramai, serta sudah banyak melibatkan OMK dan anak-anak. Disamping itu para peserta sudah melakukan kreatifitas dengan alat musik yang menarik, seperti ukulele, angklung, Jimbe, dsb.

Juri kemudian mengumumkan para pemenang. Tiga pemenang yang akan maju ke tingkat Dekenat Utara dari Paroki Herkulanus adalah:

Pemenang ketiga, yaitu Lingkungan St. Albertus Magnus, diikuti oleh 31 orang, dengan komposisi: 3 anak-anak, beberapa lansia, dan mayoritas orang muda. Pelatih dan organis pengiring juga berasal dari Lingkungan Albertus Magnus. Menurut Ketua Lingkungannya, Yoseph Mbele, awalnya mereka terpikir untuk tidak ikut, melihat di saat 3x latihan di awal, sedikit sekali umat yang bisa hadir. Namun setelah latihan yang ke-4, lingkungan ini memutuskan untuk ikut. Sementara untuk kostum, tidak ada tema khusus, hanya saja diminta untuk menggunakan baju yang warna cerah.

Juara 3 Lingkungan Albertus Magnus. Foto: Sie. Komsos

Pemenang kedua berasal dari wilayah 2, yang merupakan gabungan dua lingkungan, yaitu Lingkungan Santa Theresia dan Lingkungan Maria Bunda Allah. Wilayah 2 sendiri mengirimkan 2 peserta, dan ada 1 lingkungan yang tidak ikut. Total peserta dari pemenang kedua ini ada 32 orang, dengan komposisi: 2 anak-anak, 3 remaja, 6 lansia, dan sisanya orang muda. Untuk koreografi dan aransemen semua berasal dari kreatifitas umat. Menurut Ketua Wilayah 2, Ignatius Suryanto, kendala utama adalah komitmen para peserta untuk latihan, selama 6x dan dalam waktu 1 bulan.

Juara 2 Gabungan Lingkungan Santa Theresia dan Maria Bunda Allah Dok : Komsos St Herkulanus

Juara pertama lomba Rampak Sekar Herkulanus berasal dari wilayah 2, yaitu Lingkungan Petrus Kanisius. Meskipun waktu latihan lingkungan ini tergolong singkat, yaitu 2 minggu, namun mereka berlatih hampir tiap hari, yaitu 10x latihan. Ketua Lingkungan Petrus Kanisius, Philipus Heru Prasetyo, membagikan strategi latihan mereka, yaitu dengan direkam dan dibagikan teksnya, untuk dilatih di rumah, dengan deadline, agar semua peserta hapal. Dengan komposisi usia peserta yang lengkap, terdiri dari 5 anak-anak, 2 lansia, remaja dan orang muda, Pak Heru mengatakan, “Prinsipnya kami optimis Petrus Kanisius akan menang, namun semua kembali kepada Tuhan”.

Juara 1 Lingkungan Petrus Kanisius Dok : Komsos St Herkulanus

Sebelum acara ditutup, Dominicus Aji Wijanarko, selaku Ketua Subseksi Musik Liturgi (Paduan Suara, Dirigen, & Organis). Mas Aji, demikian beliau akrab disapa, menyampaikan sedikit kata penutup. Mengingat beliau yang sehari-hari mengurus tata musik liturgi di gereja Herkulanus, beliau menyampaikan kesan dan pesannya kepada para peserta dan juga umat.

Mas Aji saat mengiringi peserta lomba yang tidak memiliki organis. Foto: Sie. Komsos

Mas Aji sangat senang dengan talenta para pemusik, terutama di bagian organis. Menurutnya bakat-bakat organis harus selalu dikembangkan, sehingga jika nantinya ingin mengadakan suatu acara musik atau paduan suara, akan semakin mudah jika sudah mempunyai pemusik yang bagus. Acara yang dimaksudkan seperti ulang tahun Paroki, lomba musik atau paduan suara.

Romo Agus sebagai Pastor Paroki . Foto: Sie. Komsos

Sebagai penutup Romo Agus mengatakan, “Rampak sekar ini merupakan Pesta Iman Umat Keuskupan Bogor, dan harapannya umat di Paroki Santo Herkulanus dapat terlibat aktif dalam setiap kegiatan di Paroki Santo Herkulanus, sehingga usaha 2-3 bulan terakhir ini berkesinambungan, sehingga Paroki Herkulanus memiliki kelompok-kelompok paduan suara yang keren”.