Menjaring Local Contributor Gereja dengan Pelatihan Jurnalistik & Fotografi

Pelatihan Jurnalistik & Fotografi

Minggu (19/05/2024), Seksi Komsos Paroki St. Herkulanus Depok mengadakan Pelatihan Jurnalistik dan Fotografi untuk semua umat di wilayah Gereja St. Herkulanus Depok. Kegiatan ini merupakan kegiatan pertama yang diadakan oleh Seksi Komsos di periode kepengurusan yang baru, masa bakti 2024–2027.

Ketua Komsos, Julius Bernhard Schlüter Periode 2024-2026. Foto: pribadi

Hal pertama yang diangkat sebagai wacana oleh Ketua Komsos, Julius Bernhard Schlüter, yang biasa dipanggil Ka Bern, adalah diadakannya Local Contributor.

Local Contributor ini merupakan umat yang ada di setiap elemen gereja, baik itu di seksi-seksi, kelompok, wilayah, dan terutama di lingkungan.

Dimana peran utama dari para Local Contributor ini, adalah mendokumentasikan dalam bentuk tulisan dan foto, yang kemudian disumbangkan untuk platform digital milik gereja.

Ide Local Contributor ini sebenarnya mirip dengan konsep Local Contributor yang dibangun oleh Google, dimana setiap orang bisa berperan serta menyumbang ulasan pada Google Maps.

Pelatihan Jurnalistik dan Fotografi ini kemudian menjadi langkah pertama impelementasi dari ide Local Contributor tersebut.

Menulis adalah Berkarya Bagi Keabadian

Pembawa Acara, Maria Agustine Larasati. Foto: pribadi

Pelatihan dibuka dengan doa sederhana yang dibawakan oleh Pembawa Acara, Maria Agustine Larasati, atau biasa dipanggil Mia.

Kemudian dilanjutkan dengan kata sambutan dari Pastor Paroki, RD. Agustinus Surianto Himawan.

Pastor Paroki Herkulanus RD. Agustinus Surianto Himawan memberikan kata sambutan di awal pelatihan. Foto: Yohanes Yohanes Noel Pratama Putra

Dalam kata sambutannya, Romo Agus mengatakan, “Warisan yang berarti bagi kita adalah tulisan. Maka, menulis adalah berkarya bagi keabadian,” demikian pesan singkat beliau bagi para peserta pelatihan.

Ketua Panitia Pelaksana, Priyo Sembodo. Foto: Yohanes Wahyu Agung Nugroho

Sebelum sesi pertama dimulai, Ketua Panitia yang juga sekaligus Koordinator Sub-seksi Audio/Visual, Priyo Sembodo, memberikan sepatah dua patah kata, sebagai gong apabila kegiatan pelatihan dimulai.

Yuk Menulis

Albertus Tjatur Wiharyo mengisi sesi pertama dengan ajakan menulisnya. Foto: pribadi

Sesi pertama dibawakan oleh Albertus Tjatur Wiharyo, dengan judul materi ”Mau Menulis.“ Dalam paparannya, umat Herkulanus yang akrab disapa dengan mas Tjatur ini mengatakan, ”Semua orang yang bisa calistung, bisa menulis.“

Menurutnya, semua orang punya cerita, pengalaman bisa dituliskan, meski hal sepele sekalipun.

Menurut mas Tjatur, ada 5 elemen penting dalam menulis. Elemen pertama adalah Informasi. Informasi bisa berupa cerita, pengalaman, pengetahuan, ide, ataupun kegelisahan pribadi tentang apa saja. Kedua adalah Komunikasi; harus ada unsur pertukaran, penyebarluasan, dan penyampaian informasi. Lalu yang ketiga, Publikasi. Selanjutnya Platform atau wadah publikasi tersebut. Dan yang terakhir adalah Menulis itu sendiri.

Selain itu, pembicara yang juga merupakan Data Analyst di historia.id ini, juga berpesan bagi para peserta pelatihan, pra-syarat untuk menulis adalah kemauan, karena kemauan adalah modal dasar untuk menulis.

Kamera Terbaik adalah Kamera yang Kita Pegang Saat Ini

Materi Pengenalan Dasar Fotografi Jurnalistik, yang merupakan materi di sesi kedua, dibawakan oleh Ajie Yuniantoro. Seorang fotografer senior yang saat ini bekerja sebagai salah satu karyawan swasta di Jakarta. Mas Ajie menjelaskan sedikit mengenai tipe-tipe kamera, dari jenis kamera yang awal sekali dia gunakan, hingga saat ini.

Menurut mas Ajie, foto sendiri adalah bentuk dari jurnlisme yang menggunakan gambar. Karena dalam sebuah foto ada pesan yang hendak disampaikan kepada orang lain.

Selain menerangkan kategori foto yang berlaku saat ini, mas Ajie juga membagikan 5 tips, dalam mengambil foto jurnalistik.

Pertama, harus mampu melihat momen. Menurut beliau hal ini adalah komponen termahal dalam fotografi. Yang kedua, memperbanyak melihat referensi foto jurnalistik. Ketiga, selalu bergerak, jangan diam di satu tempat saat pengambilan gambar. Tips selanjutnya, agar tidak terjebak dengan ”Foto aman“, dan tips yang terakhir, agar kamera atau alat selalu siap dalam jangkauan.

Website Khusus Pelatihan

Setelah diselingi snack sore dan sedikit ice breaking, sebelum masuk sesi ketiga, Web Administrator Sie. Komsos, yaitu Kosmas Pria Adi Nagara, memberikan sedikit informasi kepada para peserta.

Semua peserta yang telah mendaftarkan diri dalam pelatihan, dapat mempublikasikan hasil tulisan dan gambarnya berupa artikel, langsung di website paroki yang dikhususkan untuk pelatihan.

Web Administrator, Kosmas Pria Adi Nagara, dalam penjelasannya mengenai web khusus pelatihan. Foto: Yohanes Wahyu Agung Nugroho

Untuk pertanyaan lebih lanjut para peserta dapat menghubungi Kosmas langsung.

Menulis Mencegah Pikun

Sesi dilanjutkan dengan sesi motivasi yang dibawakan oleh Ignatius Herjanjam, seorang jurnalis senior dan penulis kawakan.

Mas Janjam lebih banyak membagikan pengalamannya dalam mengejar berita, dengan gaya yang santai dan lucu.

Ignatius Herjanjam, jurnalis senior yang ceria dan penuh senyum, meski penglihatannya sudah tinggal 15%. Foto: Maria Angela Inggar Pradita

Meski demikian beliau mengatakan bahwa penglihatannya saat ini sudah tinggal 15%. Namun hal tsb tidak menyurutkan semangatnya untuk terus berkarya dalam tulisan. Bahkan saat ini beliau juga merupakan Ketua Komunitas Bersama Sahabat Disabilitas Paroki Beatae Mariae Virginis (BMV) Katedral Bogor.

Chatarina Tiyas Utami, pengurus Lingkungan Petrus Faber, menanyakan tips dalam menulis. Foto: Maria Angela Inggar Pradita
Elizabeth Eni Suraeni, Ketua WKRI Cabang St. Herkulanus yang bertanya di sesi Mas Janjam. Foto: Yohanes Wahyu Agung Nugroho

Para peserta banyak yang bertanya dan meminta masukan kepada Mas Janjam, terutama meminta tips bagaimana menuangkan ide-ide di kepala dalam bentuk tulisan.

Salah satunya, Ketua Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Cabang St. Herkulanus, Elizabeth Eni Suraeni dan Chatarina Tiyas Utama, pengurus Lingkungan Santo Petrus Faber, Wilayah 3.

Kedua aktifis gereja ini mengalami kesulitan dalam menuangkan ide-ide yang muncul dalam bentuk tulisan. Mas Janjam pun memberikan masukan, “Tuliskan saat itu juga, di HP atau bisa direkam. Apa saja yang muncul. Nanti baru dirapikan, ketika sudah ada waktu.“

Pesan yang disampaikan oleh Mas Janjam sebelum menutup sesinya adalah, “Gali terus potensi diri, terus belajar, karena menulis mencegah pikun.”

Membuat Podcast

Sesi terakhir, sebelum praktek, adalah sesi Membuat Podcast, yang dibawakan oleh Alex Suban, seorang content creator yang mengelola beberapa Youtube Channel, salah satunya adalah Channel Dogidogilu.

Alex Suban, pegiat social media dan video yang juga seorang dosen di UIN. Foto: Yohanes Wahyu Agung Nugroho

Dalam presentasinya, Mas Alex menjelaskan secara singkat proses pembuatan podcast sederhana tanpa harus menggunakan peralatan yang mewah.

Dosen lepas UIN ini kemudian mengajak para peserta untuk praktek membuat podcast sederhana, hanya dengan handphone yang dimiliki peserta. Sayangnya karena keterbatasan waktu, Mas Alex harus menjelaskan secara cepat bagaimana proses editing di aplikasi Capcut Desktop versi gratis.

Local Contributor dari Setiap Lingkungan, Wilayah, dan Kategorial

Harapan Seksi Komsos selaku panitia, para peserta yang berasal dari 5 wilayah, 14 lingkungan, 3 kelompok kategorial dan beberapa seksi ini, dapat mulai menyumbangkan karya-karyanya dengan mendokumentasikan segala kegiatan, dalam bentuk foto dan tulisan, dan dikirimkan ke Komsos Paroki.

Kegiatan ditutup oleh Ketua Panitia, dengan pesan tambahan, akan dibuatkan satu wadah khusus untuk para peserta, agar kegiatan ini tidak berhenti disini, dan akan ada kegiatan lanjutan yang lebih dalam dan lebih banyak praktek serta teknis.