Cinta Yesus Tidak Egois

Hosana…  Yerusalem, lihatlah Rajamu..

Jika kita mengenang Kisah sengsara Yesus, kita akan belajar bahwa kisah penderitaan bukanlah terutama tentang betapa Yesus menderita, tetapi lebih pada betapa Ia sangat mencintai kita. Dia menderita, tentu saja, dan penderitaannya sangat hebat.

Yang membuat rasa sakit dan penderitaan Yesus sebagai sumber keselamatan bagi kita adalah kenyataan bahwa kasihnya yang luar biasa.

Kita semua tahu bahwa penderitaan bisa datang dari sumber lain selain kasih, penderitaan egois semacam itu tidak memiliki kesamaan dengan penderitaan Yesus.

Ketika kita Jalan Salib, kita mungkin tergoda untuk mengatakan: “Saya bersama-Mu, Yesus. Saya menderita sama seperti-Mu! ”Tetapi Yesus dapat berkata dengan sangat baik kepada kita,“ Apakah kamu menderita karena kamu mengasihi? Jika demikian, bergabunglah dengan Saya, dan kita akan berjalan bersama menuju Kebangkitan. Kalau tidak, cobalah belajar arti cinta yang sebenarnya. ”

Cinta Yesus tidak egois, karena itu akan selalu melibatkan rasa sakit penyangkalan diri. Dengan cara yang sama, orang tua yang baik menderita ketika mereka berkorban untuk anak-anaknya, sama seperti anak-anak menderita ketika mereka mencoba untuk menjadi lebih dewasa dan tidak egois. Beberapa penderitaan sering terjadi ketika kita menempatkan kebutuhan orang lain diatas kepentingan kita sendiri. Orang-orang lanjut usia juga menderita ketika mereka mempercayai kebaikan dan janji Allah membebaskan mereka dari keputusasaan. Nyata benar bahwa pengorbanan yang penuh kasih seperti itu selalu membawa sukacita yang nyata, serta janji kebahagiaan kekal.

Penulis: RD Aloysius Tri Harjono