
Gereja Katolik pada Minggu Keempat Paskah merayakan Hari Minggu Panggilan (World Day of Prayer for Vocations). Minggu keempat dalam masa Paskah ini dikhususkan sebagai hari doa untuk mohon rahmat panggilan agar Tuhan mengirimkan para pekerja bagi Gereja-Nya, terutama panggilan sebagai seorang religius; imam, bruder, atau suster.
Dalam Konsili Vatikan II, Gereja menyadari berbagai macam tantangan yang terus dihadapi, termasuk masalah panggilan. Paus Paulus VI menanggapi situasi ini dengan menetapkan Minggu Paskah IV sebagai Hari Minggu Panggilan Sedunia pada tahun 1964. Pencetusan ini memiliki korelasi dengan Injil karangan Yohanes mengenai “Yesus sebagai Gembala yang baik yang memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya” (Yohanes 10:11).
Anugerah Panggilan
“Imam tanpa umat masih bisa merayakan Ekaristi, tapi umat tanpa Imam, perayaan Ekaristi yang adalah puncak kehidupan kita tidak dapat dirayakan,” kata Rm. Agus dalam sapaan pembukanya pada perayaan Minggu Panggilan di Paroki St. Herkulanus Depok. Dari domba menuju gembala adalah suatu gambaran perjuangan melalui proses yang panjang. Itulah mengapa panggilan hidup selibat adalah suatu anugerah besar bagi Gereja yang sedang berziarah.
Rm. Agus mengharapkan orang tua mendukung anak-anak mereka yang berkeinginan mulia menjadi seorang religius atau imam diosesan agar semakin banyak yang terpanggil. Seperti Paus Leo XIV yang, menurut kakaknya, sedari kecil sudah menampilkan kehidupan yang suci, anak-anak pun harus didorong sejak belia.
“Paus Fransiskus mengatakan semakin banyak orang-orang muda yang terpengaruh oleh segala kemewahan, hal yang serba instan dan cepat. Paus Fransiskus mengajak kaum muda mendengarkan suara Tuhan di dalam hidup mereka, berani menjawab panggilan Tuhan ketika Dia memanggil mereka, menjadi seorang imam atau biarawan-biarawati,” tambah Rm. Agus.
Tawa dan Kebersamaan
Seksi Panggilan berkolaborasi dengan Sekami St. Herkulanus mempersiapkan perayaan dan kegiatan minggu panggilan ini. Acara penuh makna ini disambut dengan penuh kegembiraan oleh Sekami anak yang diberi kesempatan untuk mengunakan busana religius. Perayaan semakin penuh semarak dengan koor dari Sekami remaja yang sudah mempersiapkan diri mereka beberapa minggu sebelumnya, dengan latihan-latihan demi memberikan persembahan terbaik mereka.
Tak hanya itu, Seksi Panggilan juga dengan antusias menghubungi para religius yang berasal dari Paroki Herkulanus untuk menceritakan pengalaman-pengalaman menarik mereka, serta pesan untuk kaum muda di Paroki St. Herkulanus melalui video singkat yang ditayangkan 15 menit sebelum Misa.
Setelah perayaan Misa selesai, acara bersama diadakan di Aula Yustinus. Serikat kepausan anak dan remaja misioner berhamburan mengisi ruangan aula, setelah sesi foto dengan para romo dan religius cilik yang mewarnai momen hari ini.
Dalam aula, mereka disambut oleh Kak Oca dan Kak Shane sebagai pemandu acara. Sekami diajak untuk bernyanyi dan menari sesuai dengan lagu yang dipandu oleh Kak Nia, Sr. Viskah, MSC, Kak Oca dan Kak Shane. Semangat Sekami begitu terpancar dengan meminta tambahan lagu. Acara ini kemudian diawali dengan doa yang dipimpin oleh Chaves, anggota sekami remaja.
Inti dalam acara ini adalah penayangan film pendek karya Sekami remaja yang berjudul “Journey of Love” yang bercerita tentang perjuangan anak muda dalam menggapai mimpinya menjadi seorang imam dan ada juga yang menjadi suster. Kegiatan selanjutnya adalah bincang-bincang singkat mengenai panggilan hidup religus dengan Rm. Dismas Aditya dan Sr. Viskah Lestari, MSC.
Sekami anak dan remaja begitu antusias dengan berebut memberi jawaban atas setiap pertanyaan yang dilontarkan oleh MC dan Rm. Dismas. Yang menjawab mendapatkan bingkisan khusus sebagai bentuk apresiasi untuk keberanian mereka. Kegiatan kebersamaan ini ditutup dengan doa dan berkat dari Rm. Dismas. Kegiatan diakhiri dengan sesi foto bersama dan pembagian snack untuk Sekami.
“Saya sangat senang dan sangat terkesan dengan antusiasme umat dan anak-anak yang begitu luar biasa, hal itu tampak dari 25 anak yang memakai baju romo dan suster, dan itu mandiri tanpa difasilitasi paroki. Harapan saya ke depan (kegiatan) dibuat lebih menarik lagi sehingga benih-benih panggilan sungguh tumbuh dalam paroki kita,” ujar Pak Yohanes Kristian (Seksi Panggilan Paroki St. Herkulanus).