
BAGIAN KEDUA
Belajar Bersama dalam Peziarahan
Di awal tahun 2025 ini, umat Petrus Claver bersama-sama belajar tentang Tahun Rahmat Tuhan melalui perjumpaan, berziarah, berdoa, dan berbela rasa kepada sesama. Kegiatan tahun ini diselenggarakan oleh Sie doa lingkungan dan didukung penuh oleh ketua lingkungan yaitu Ibu Agustina Rina Utami. Seperti halnya tahun Yobel dalam kitab Imamat yang mengajarkan umat Israel akan pentingnya rehat dan mengakui kedaulatan Tuhan, tahun Yubileum 2025 mengingatkan kita untuk kembali hidup berlandaskan iman, bertobat dari cara hidup lama, dan berbelas kasih kepada saudara yang miskin dan juga kepada ciptaan yang lain. Berikut kegiatan utama lingkungan Petrus Claver di tahun Yubileum ini:
- Berziarah
Umat Petrus Claver berencana mengunjungi sembilan gereja di Keuskupan Sufragan Bogor dengan Gereja Herkulanus sebagai tujuan perdana pada hari Senin, 29 Januari 2025. Ziarah pertama ini dihadiri sekitar dua puluh tiga umat lingkungan. Ziarah atau pilgrim sendiri berasal dari bahasa Latin peregrinus (through land/country) yang berarti orang asing atau penghuni sementara yang melakukan perjalanan menuju sebuah tempat tujuan.
Kita adalah para peziarah di dunia yang bersama-sama menuju pada tanah perjanjian Yerusalem yang baru. Hidup di dunia adalah sebuah perjalanan sementara yang melewati suka duka menuju tempat tinggal abadi. Dunia tempat kita hidup dan berkarya ini bukanlah sebuah tujuan akhir namun lebih pada proses perjalanan atau peziarahan. Berziarah memerlukan persiapan, komitmen, dan kemauan untuk keluar dari kenyamanan. Ziarah berbeda dengan berlibur yang seringkali mengedepankan minat pribadi dan kenyamanan. Dalam peziarahan hidup, kita harus bersiap dengan ketidaknyamanan dan pengorbanan diri. Dengan memiliki semangat seorang peziarah, umat diharapkan menjadi sadar bahwa eksistensinya bukanlah untuk berkuasa atau memuaskan keinginan daging semata selama hidup di dunia, melainkan berjalan selaras dengan kehendak Ilahi.
Ziarah juga merupakan proses pengalaman hidup yang bertahap. Ziarah bukan hanya perjalanan fisik dari satu tempat ke tempat lain namun juga merupakan proses belajar, berdamai, mengampuni, memulai kembali lembaran baru, dan pengalaman bertransformasi menjadi pribadi baru di dalam Tuhan. Dalam perjalanan panjang ini, kita membutuhkan orang lain, dan kehadiran kitapun hendaknya menjadi berkat untuk sesama. Perjumpaan dengan para peziarah lain menjadi teman seperjalanan yang menguatkan, tempat berbagi, atau tempat belajar tentang solidaritas dan persaudaraan. Dalam peziarahan kita diajak untuk mengingat kebaikan kasih Allah, menuju pada pertobatan, dan semakin berbela rasa kepada saudara yang menderita.
- Melewati Pintu Gereja dan Mendaraskan Doa Batin
Umat yang hadir pada ziarah perdana melewati pintu utama gereja dengan membatin doa yang diucapkan sang pengemis buta dari Yerikho “Yesus, anak Daud kasihanilah kami”. Melangkah melewati pintu adalah hal yang biasa kita lakukan, Karena terlalu seringnya kita melewati sebuah pintu hingga tak terhitung berapa kali dalam sehari. Hal yang biasa ini ternyata melambangkan sesuatu yang luar biasa pada tahun Yubileum ini. Melewati pintu gereja melambangkan langkah iman dari dunia yang penuh hiruk pikuk menuju pada buana spiritual yang kudus. Masuk melewati pintu gereja melambangkan keputusan mengikuti Kristus sang gembala baik. Saat keputusan mengikuti Yesus dilakukan, kita diajak dengan berani mewartakan dengan lantang seperti sang pengemis buta yang berseru di depan khalayak bahwa Yesus adalah Mesias (anak Daud) yang berkuasa menyembuhkan dan memulihkan apapun persoalan yang kita hadapi. Karena sebagai gembala yang baik, Yesus berkorban dan memberikan hidupNya supaya kita memiliki hidup yang berkelimpahan.
“Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya” (Yohanes 10:9-11)
Persatuan umat beriman didalam Kristus melebihi tradisi atau solidaritas kemanusiaan semata. Kumpulan umat beriman adalah kawanan yang telah mengawali petualangan berjalan bersama Yesus sendiri yang terikat dalam kasih dan kepercayaan. Kutipan ayat “Aku mengenal mereka dan mereka mengenali suaraku”, menunjukkan sebuah hubungan relasi yang sangat personal antara sang gembala dan kawanannya. Gereja universal adalah tempat Tuhan Yesus bersemayam dalam rupa roti dan anggur, yang merelakan dirinya dipecah dan dibagi-bagi untuk kehidupan banyak orang, dan kita diundang bersama saudara-saudara seiman untuk datang ke pesta perjamuan yang agung ini. Memasuki gereja melalui pintu suci adalah undangan untuk mengasihi Allah dan kawanan dombanya. Kita diajak untuk semakin menyadari bahwa kita adalah bagian dari komunitas umat beriman yang dikasihi dan mengasihi Yesus.
- Doa Pribadi dan Rosario
Setelah ibadah singkat di dalam gereja, umat Petrus Claver berdoa Rosario bersama di depan gua Maria. Di sini, kita diajak untuk meneladani Bunda Maria yang setia pada panggilan hidupnya mengikuti kehendak Tuhan. Meski perjalanan hidup yang sangat berat dan berliku, Maria menjalani kesehariannya dengan penuh iman dan pengharapan akan kasih Allah. Tuhan memberikan teladan bagaimana kita harus berziarah di dunia seperti Bunda Kristus yang begitu taat dan setia pada kehendak Bapa.
Maria adalah the new Eva (Hawa yang baru). Oleh karena, ketidaktaatan Hawa lama yang terbujuk bisikan iblis maka seluruh manusia terbawa dalam dosa. Namun sebaliknya, ketaatan Maria membawa pengharapan untuk seluruh dunia. Di tengah badai cobaan hidup, mari kita meneladani sang Bunda yang selalu taat, berpengharapan, dan bersandar penuh pada belas kasih Allah. Ia sendiri yang memampukan kita menjalani hidup, dan pada akhirnya harapan di dalam Tuhan tidak pernah mengecewakan.
Lalu, bagaimana kalau saudara seiman dan orang di gereja yang malah mengecewakan?. Manusia memang kadang kala mengecewakan, bahkan di dalam keluarga sendiri atau komunitas yang seharusnya mengenal baik tentang Allah. Saudara seiman yang seharusnya bisa diandalkan untuk meringankan beban kadang bertindak tidak sesuai dengan harapan. Hal ini mengingatkan kita akan kisah para ahli Taurat sebagai kelompok pertama dan paling lantang mengkritik Yesus saat Ia makan bersama pemungut cukai. Para ahli Taurat mengecewakan Yesus karena menolak saudara sebangsa mereka yang dianggap ‘lebih’ berdosa dan tak pantas untuk mengalami belas kasih Allah yang hidup dalam diri Yesus. Dia lebih dahulu dikecewakan oleh orang-orang religius, seperti para ahli kitab. Dia bahkan ditolak di tempat asalnya dan disalibkan karena desakan bangsanya sendiri. Saat dikecewakan manusia, Yesus seakan dengan lugas mengatakan: “Percayalah kepadaKu saja dan jangan andalkan kekuatan manusia yang terbatas”.
Gereja adalah kumpulan orang beriman yang datang dari berbagai macam latar belakang. Kita semua orang berdosa yang diberikan rahmat untuk datang dalam perjamuan kudus. Tak ada satupun dari kita yang pantas untuk hadir dalam perjamuan agung itu, hanya semata karena belas kasih Allah maka kita bisa berada disana dan mengecap Tuhan dalam rupa hosti kudus. Jadi, kalau saudara seimanmu mengecewakanmu hendaknya janganlah kita tawar hati, apalagi memutuskan untuk meninggalkan Gereja. Fokuskan perhatian kepada Yesus, lalu kenakanlah seluruh persenjataan Allah (Efesus 6: 11-18), dan biarkan kasihNya yang bekerja dengan caranya yang ajaib.
- Rekonsiliasi atau Pertobatan
Di dalam kegiatan ini, umat Petrus Claver diajak untuk mendoakan doa tobat pribadi dan komunal. Kita diajak untuk sungguh-sungguh merendahkan diri di hadapan Allah, mengakui bahwa selama ini kita masih sering melakukan kehendak sendiri daripada kehendakNya, dan berani melakukan pertobatan dari cara hidup yang lama. Pertobatan merupakan langkah awal menempatkan Allah sebagai sumber dan pusat kehidupan. Dengan bertobat kita mengakui kedaulatan Allah yang membawa rekonsiliasi hubungan dengan Tuhan dan sesama. Kita diundang untuk berdamai dengan Allah, diri sendiri, dan sesama melalui sakramen pertobatan, doa-doa pribadi, dan laku tobat. Buah pertobatan hendaknya nyata dalam tindakan dan hal ini bisa berupa kegiatan belas kasih kepada sesama, mengunjungi orang sakit, dan mengunjungi para tawanan di penjara.
Itulah sekelumit kegiatan yang dilakukan umat Petrus Claver dalam menghidupi tahun Rahmat Tuhan. Kami bersama ingin belajar menjadi pengikut Kristus dalam peziarahan dengan kekuatan iman dan persaudaraan. Semoga logo Yubileum 2025 yang melukiskan keempat manusia dengan berbagai warna benua ini terus menyemangati, yang meskipun berbeda-beda karakter dan asal usul, kita tetaplah saudara dalam peziarahan hidup yang perlu berpegang erat kepada salib Kristus. Salib yang melengkung kearah manusia menandakan karya Allah yang dinamis melintasi jaman dan belas kasihNya tidak pernah meninggalkan manusia sendirian. Bahkan di tengah ombak badai kehidupan, kita selalu bisa mengandalkan salib Kristus yang menjadi jangkar pegangan hidup. Selain itu, dukungan komunitas dan semangat persaudaraan diperlukan di dalam perjalanan ini. Peziarahan hidup dan perjalanan iman bukanlah proses individual. Kita membutuhkan orang lain dan sebaliknya kita juga dipanggil untuk terlibat aktif dalam mewartakan kabar suka cita ditengah-tengah dunia yang dinamis. Semakin besarnya ombak, semakin eratlah kita hendaknya bergandengan tangan dalam persaudaraan dan berpegang pada salib yang memberi pengharapan.
Selamat berziarah dengan penuh suka cita. Kiranya Bunda Maria merestui dan Tuhan Yesus memberkati kita semua.
Salam,
Roselita
Depok, 7 Februari 2025