Sejarah Paroki Santo Herkulanus
Nama Pelindung: Santo Herkulanus
Alamat: Jl. Irian Jaya no. 1, Depok Jaya, Pancoran Mas, Jawa Barat
Telepon: +62 857 8127 1539
Whatsapp: +62 857 8127 1539
Email: sekretariatsantoherkulanus@gmail.com
Social Media: @HerkulanusDepok (IG, FB, Twitter, Youtube)
Romo Paroki: RD. Agustinus Surianto Himawan
Romo Vikaris Parokial: RD. Dismas Aditya
Pendahuluan
Ada yang mengatakan bahwa nama “Depok” adalah singkatan dari “De Eerste Protestants Onderdaan Kerk”, yang artinya “Gereja Kristen Rakyat Pertama” atau “Gereja Warganegara Protestan Pertama”. Menurut versi ini, nama Depok berkaitan dengan sejarah keberadaan Kristen di Depok. Ini semua tidak terlepas Dari tokohnya, yaitu Cornelis Chastelin (1657-1714). Beliau adalah seorang tuan tanah yang membeli banyak budak dari Bali, Sulawesi dan Timor untuk ditempatkan dipersawahannya. Ketika para budak tersebut menjadi kristen, mereka dibebaskan dan diberikan hadiah tanah di Depok (1714). Rupanya dengan menjadi kristen, kedudukan mereka disamakan dengan orang-orang Belanda. Para budak yang merdeka ini terbagi ke dalam 12 suku/keluarga yaitu: Jonathans, Leander, Bacas, Leon, Samuel, Jacob, Laurens, Joseph, Tholense, Isakh, Sudira dan Sadokh. Nama-nama tersebut sampai saat ini masih dipakai dalam keturunan-keterunan mereka, sedangkan nama Cornelis Chastelein dikenang dalam nama sebuah lembaga yaitu LCC (Lembaga Cornelis Chastelein)
Depok Menjadi Sebuah Paroki
Seiring dengan perjalanan waktu, di tengah dominasi orang protestan muncullah orang-orang Katolik di Depok. Diperkirakan pada tahun 1927 sudah ada beberapa keluarga katolik yang menetap di Depok, mereka mengikuti perayaan misa di Bogor atau di Jakarta. Sejalan dengan perkembangan jumlah umat maka pada akhir tahun 40-an pastor-pastor dari Bogor mulai menjalani misa umat di Depok. Misa dilakukan dari rumah ke rumah, yang lama kelamaan frekuensinya menjadi satu kali dalam seminggu.
Ketika pemerintah Belanda mengakui kedaulatan RI dan tanah-tanah partikulir diserahkan kepada pemerintah Indonesia, banyak orang Belanda yang kembali ke negerinya, termasuk penghuni Jl. Melati 4, Depok. Namun, berkat usaha yang gigih dari Mgr. Dr. N. Geise, OFM., maka tanah tersebut berhasil dibeli. Pada akhir tahun 50-an berdirilah gereja Santo Paulus Depok di jalan Melati Nomor 4 Depok . Pastor pertama yang menetap di Depok adalah Peter J.J Rossen. Beliau kembali ke negerinya dan digantikan oleh Pater Herkulanus Frankhuyzen. Sekembali dari cutinya (1964), Pater Frankhuyzen dipindah tugaskan ke seminari Cicurug, Sementara itu umat katolik Depok dilayani secara bergantian oleh Mgr. N. Geise, OFM, Pater R.J Koesnen OFM, Pater Anton Ban OFM dan pater muda yaitu Pater Micheal Angkur, OFM (saat ini adalah uskup Bogor).
Pada akhir tahun 60-an Pater Frankhuyzen kembali ke dan menetap di Depok. Pada bulan September 1973 ia merayakan 50 tahun hidup mebiara. Perayaan berlangsung di SD MardiYuana, yang hadir di Depok sejak 1 Agustus 1960 dan yang kehadiran dan perkembangannya tak dapat dilepaskan dari peran penting Pater Frankhuyzen OFM disamping Mgr. Geise OFM. Pater Yohanes Ma’mun Muktar OFM, yang baru kembali dari mengikuti “kursus kharismatik” di Australia, memberikan warna kharismatik dalam pelayanan pastoral pada umat di Depok pada tahun 1975. Anak seorang haji di Sukabumi ini meninggal dalam usia muda pada 10 Agustus 1976 (lahir 1 Juni 1941) di Bogor, setelah lebih kurang 10 hari berada dalam keadaan koma akibat kecelakaan lalulintas di Puncak Jawa Barat.
Perkembangan Paroki Santo Paulus selanjutnya tidak terlepas dari kebijakan Pemerintah yang menjadikan Depok sebagai salah satu kawasan penyangga Ibukota. Dalam rangka itu, pada tahun 1976 dibangunlah Perumnas Depok I (Depok Jaya) dan Depok Utara, kemudian disusul dengan Perumnas Depok II dan Depok Timur. Seiring dengan itu, penghuni-penghuni baru membanjiri Depok termasuk umat Katolik. Untuk memenuhi kebutuhan umat katolik yang cukup besar jumlahnya di Depok I dan Depok Utara, maka pada tahun 1977-1978 dibangunlah sebuah gereja sederhana di jalan Irian Jaya. Semua itu tidak terlepas dari jasa almarhum Bapak Dom Renetyo. Gereja sederhana itu “dipabtis” oleh Mgr. Ign Harsono, Pr. (saat itu sebagai Uskup Bogor) dengan nama HERKULANUS. Nama gereja tersebut diharapkan agar umat Katolik tidak melupakan jasa besar Pater Herkulanus Frankhuyzen dalam persemaian benih Injilnya di Depok.
Keberadaan Gererja Herkulanus diperkuat oleh perhatian Pater R.J. Koesnen, OFM. yang bertugas di Depok menggantikan almarhum Pater Frankhuyzen (meninggal 1978). Pater RJ. Koesnan, OFM. menaruh perhatian yang sangat besar terhadap dunia pendidikan, khususnya anak-anak. Ini terbukti dengan berdirinya TK dan SD Santa Theresia pada tanggal 18 Juli 1982, yang berlokasi tepat disamping Gereja St. Herkulanus. Sekolah tersebut dikelola oleh Yayasan Pendidikan Yohanes Paulus.
Adanya kampus Universitas Indonesia, Novisiat Transitus (diresmikan oleh Vicaris General OFM dari Roma, Pater Onorio Pontoglio OFM pada bulan September 1984) dan beberapa Real Estate di Depok menambah jumlah umat Katolik di Depok. Dua buah gereja yang telah ada (Gereja Santo Herkulanus dan Santo Paulus) tidak dapat menampung jumlah umat dalam misa mingguan. Timbul rencana untuk membangun sebuah gereja yang kapasitasnya melebihi Gereja Santo Paulus. Pada bulan Maret 1986, Pater RJ. Koensen, OFM dan Pater Guido Brod OFM meletakkan batu pertama untuk gedung pastoran, kemudian disusul dengan peletakan batu pertama untuk gedung gereja oleh Mgr. Ign Harsono, Pr. dan Bapak Drs. Erno (Sekretaris Kotif Depok). Berkat kerja keras dan dukungan dari umat serta bantuan para donator, maka gedung gereja dan pastoran selesai dibangun. Bangunan tersebut diberkati oleh Mgr. Ign. Harsono pada tanggal 3 Juli 1988. Lima tahun kemudian (1993) Gereja Herkulanus di Jalan Irian di renovasi dengan menghabiskan biaya yang cukup besar. Prinsip “Kalau ada Kemauan Pasti ada Jalan” sungguh dihayati dan dialami oleh umat Paroki St. Paulus Depok yang sebagian besar memiliki taraf ekonomi tingkat menengah kebawah.
Berkembang Ke Sekitar Depok
Disamping pelayanan pastoral terhadap umat yang terorganisasi dalam dua gereja tersebut (Gereja Santo Paulus dan Santo Herkulanus) sejak tahun 1982 para pastor dari paroki St. Paulus juga melayani misa dan pelayanan sakramental lainnya untuk umat di daerah Gunung Sindur, Parung, Bojongsari ARCO dan sekitarnya. Pelayanan ini dimulai dengan kehadiran Pater Guido Brod OFM di paroki St. Paulus Depok yang kemudian diperkuat oleh suster-suster ADSK (hadir di Depok sejak 1987-1989). Misa mingguan untuk umat yang terpencar ini dilayani secara bergantian berdasarkan kelompok: ARCO Bojongsari, Gunung Sindur dan Parung. Sejak tahun 1989, pelayanan misa mingguan dipusatkan pada satu tempat yaitu di rumah Bapak Wempy Suhendar (Bojongsari). Sejak saat itu kelompok ini menjadi stasi dari Paroki St. Paulus Depok dengan “nama baptis” Yohanes Pembaptis, Parung. Pemusatan pelayanan di rumah Bapak Wempy (alm) berlangsung sampai tahun 1992, sejak saat itu sampai sekarang pelayanan dipusatkan di Restoran Lebak Wangi milik Bapak Juhari. Umat stasi telah membeli tanah seluas 7000 meter di daerah Parung untuk pembangunan gedung gereja. Proses sertifikasi terus berlangsung walaupun agak tersendat-sendat. Walaupun kemampuan ekonomi terbatas, tetapi melihat semangat umat yang begitu besar, tampaknya keinginan untuk memiliki gereja sendiri dapat menjadi kenyataan; apalagi melihat jumlah umat dari tahun ke tahun selalu bertambah.
Penutup
Depok pada tahun 1714 hanya merupakan sebuah dusun sunyi, pada tahun 1924-1925 menjadi sebuah kecamatan, berubah menjadi kota administratif (kotif) pada tanggal 18 Maret 1982, dan kini siap menjadi kotamadya. Paroki Santo Herkulanus saat ini telah berkembang pesat. Jumlah umat yang awalnya hanya beberapa orang, saat ini mencapai 947KK. saat ini, Paroki St. Herkulanus dilayani oleh seorang Pastor Paroki, yaitu RD. Agustinus Surianto Himawan dengan didampingi oleh Pastor Vikaris, RD. Redemptus Pramudhianto, yang kemudian berganti menjadi Pastor Vikaris RD. Dismas Aditya.