
Dalam pertemuan Kursus Pendalaman Kitab Suci pada hari Senin (08/05/2017) yang diberikan oleh RD A. Ardi Indiantoro membahas mengenai Bunda Maria dan Kitab Suci. Penulis memberikan beberapa pertanyaan kepada RD A. Ardi Indiantoro, berikut ini pertanyaan yang diajukan oleh Penulis :
Doa ‘Maria mempelai Roh Kudus’, apakah terdapat di dalam Kitab Suci?
Tidak ada, tetapi doa ini sangat alkitabiah karena di dalam Kitab Suci dikatakan bahwa Maria akan mengandung dari Roh Kudus (Lukas 1: 35). Jadi, tidak salah kalau kita mengatakan kalau Maria adalah mempelai Roh Kudus.
Apa pedoman dalam menghormati Maria?
Dalam surat apostolik yang ditulis oleh Paus Paulus VI (02/02/1974), ada 4 ciri penghormatan pada Bunda Maria, yaitu:
- Harus Biblis.
Penghormatan Gereja Katolik pada Bunda Maria berdasarkan dari yang tertulis di Kitab Suci, seperti:
- Lukas 1: 26-38. Pada bacaan ini terdapat 2 dasar untuk menghormati Bunda Maria: (1) Maria terlibat di dalam karya penebusan dengan mengambil tugas seumur hidupnya untuk membantu Yesus dalam karya penebusan. Kalimat “viat voluntas tua” yang diucapkan Maria memiliki risiko besar dan dia sanggup mengembannya, yaitu menjadi ibu Mesias; (2) Maria adalah orang kudus. Malaikat Gabriel menyapa Maria dengan: “Salam, Maria, penuh rahmat Tuhan sertamu” menyatakan bahwa Maria dipenuhi dengan rahmat karena Tuhan menyertai dia. Yang membuatnya suci adalah Tuhan yang berkarya, menyertai dan memenuhi Maria dengan rahmat.
- Matius 1: 18-25. Malaikat berseru kepada Yusuf untuk tidak takut mengambil Maria menjadi istrinya karena yang dikandung oleh Maria adalah dari Roh Kudus. Hal ini menunjukkan bahwa Maria adalah mempelai Roh Kudus.
- Yohanes 19: 25-27 menunjukkan bahwa darti awal sampai akhir, Bunda Maria selalu membantu karya keselamatan yang dibuat oleh Yesus. Yesus juga memerintahkan murid-Nya untuk menerima Maria sebagai ibunya, hal ini juga berlaku bagi kita yang adalah murid Yesus.
- Harus Liturgis. Perayaan Ekaristi tidak boleh diperalat untuk menghormati Bunda Maria.
Contohnya: setiap bulan Mei adalah bulan Maria, bukan berarti seluruh nyanyian liturgi yang dibawakan adalah nyanyian Maria. Puncak Perayaan Ekarisiti adalah Yesus, oleh karena itu lagu yang dinyanyikan adalah untuk memuji dan memuliakan Allah.
Lagu mengenai Maria dapat dinyanyikan sebagai lagu penutup. Hal ini dikarenakan Bunda Maria adalah penyalur doa kita kepada Tuhan, oleh karena itu penghormatan yang kita lakukan jangan sampai ‘mandeg’ sampai pada Maria, tetapi harus berujung kepada Yesus.
- Harus Oikumenes.
Maksudnya adalah jangan sampai penghormatan kita kepada Bunda Maria mengganggu persatuan kita dengan saudara-saudari kita di luar Katolik. Tapi bukan berarti kita meninggalkan Maria. Kita menghormati Bunda Maria tetapi tidak secara berlebihan seperti menyamakan Maria dengan Yesus. Penghormatan kepada Bunda Maria bersifat integral artinya tidak terpisahkan. Penghormatan kepada Yesus bersifat esensial artinya adalah penghormatan yang inti.
Jangan sentimentil, buktikan bahwa kedekatan kita dengan Bunda Maria membuat kita semakin dekat dengan Yesus. Maria selalu membawa kita untuk sampai kepada Yesus, bukannya mau menguasai kita. Pada Yohanes 2: 1-11, kita melihat bahwa Maria percaya kalau kehadiran Yesus menimbulkan sukacita yang berkelanjutan. Dalam bacaan tersebut (Yohanes 2: 4) Yesus mengatakan bahwa waktunya belum tiba. Tuhan memiliki waktu-Nya dan kalau belum tiba saat-Nya, tidak akan terjadi apapun. Tetapi Maria memiliki iman bahwa Yesus dapat membantu (Yohanes 2: 5) dan benar, Yesuspun mengadakan mukjizat. Kalau kita memiliki iman seperti Bunda Maria, muingkin kita dapat mempercepat waktu Tuhan. Caranya adalah dengan melakukan yang diperintah oleh Yesus. Bacaan ini menunjukkan bahwa melalui perantaraan Maria, kita sampai kepada Yesus.
- Harus Antropologis. Artinya doa kepada Bunda Maria selalu berkesesuaian dengan perkembangan manusia. Peran Maria sangat menentukan dalam karya keselamatan, sehingga devosi kepada Bunda Maria masih sangat relevan dengan dunia modern.
Bagaimana cara kita menghormati Bunda Maria?
Dengan cara meneladani Bunda Maria (Yohanes 2: 1-11; Lukas 11: 27-28), bukan dengan menjadikan Maria sebagai ‘tukang pos’ dengan berbagai permintaan dan permohonan.
Bagaimana sikap Gereja terhadap penampakan Bunda Maria?
Iman Katolik percaya bahwa ada mukjizat. Untuk penampakan, Gereja Katolik menyelidiki secara teliti dan ilmiah, tetapi tidak pernah mengumumkan penampakan. Gereja Katolik selalu mengucapkan: “cerita penampakan tersebut tidak bertentangan dengan iman katolik. Mau percaya atau tidak, kita tidak berdosa selama kita tidak meninggalkan Maria. Yang harus dipercaya adalah dogma.”
Penampakan Bunda Maria biasanya meninggalkan pesan yang intinya adalah: “Allah prihatin dengan kehidupan manusia.“
Penghormatan kita kepada Bunda Maria tidak didasarkan pada penampakan, tetapi berdasarkan Kitab Suci.
Penulis: Cornelia Wahyu Himawan Putri