Iuvenish Chorus – Melodi Iman dan Harmoni Alam Hingga Panorama Bukit Sikunir

Iuvenish Chorus

Pengalaman berkesan mengiringi perjalanan kami, Iuvenish Chorus, dalam tugas koor di Paroki Santo Paulus Wonosobo, Keuskupan Purwokerto. Dengan misa yang dipimpin oleh Romo Matheus Widyolestari, MSC, Pastor Paroki Santo Paulus Wonosobo, kami tidak hanya merasakan kedamaian iman tetapi juga keindahan alam yang mempesona. Sungguh mengesankan dan penuh makna. Suasana sakral di dalam gereja, ditambah dengan alunan suara koor yang indah, menciptakan melodi iman yang menyentuh hati setiap jemaat.

Iuvenish Chorus membawakan lagu-lagu dalam tugas koor di Paroki Santo Paulus, Wonosobo. Foto: dokumentasi Iuvenish Chorus.

Romo Matheus menyampaikan homilinya dengan penuh penghayatan. Beliau menekankan pesan Injil bahwa Kerajaan Allah seperti biji sesawi yang ditaburkan ke tanah subur, tumbuh menjadi besar, sehingga burung-burung pun dapat membangun sarang pada ranting-rantingnya. “Jika setiap orang dapat menjadi sosok yang berguna bagi semua orang, menjadi sumber kesejukan diawali dari keluarga dengan berbicara jujur, hidup jujur, dan menjadi sumber keharmonisan, bukan sumber perpecahan. Di situ hadirlah Kerajaan Allah”, demikianlah Romo mengakhiri homilinya. Kata-kata Romo Matheus tersebut menggema di hati kami, mengingatkan betapa pentingnya peran kita dalam menciptakan harmoni di lingkungan kita. Selesai misa, kami merasakan suasana yang penuh dengan makna dan semangat baru untuk melanjutkan perjalanan kami menjelajahi keindahan alam Wonosobo.

Foto: dokumentasi Iunvenish Chorus.

Keesokan harinya, kami melanjutkan perjalanan menuju Telaga Menjeran, Wonosobo. Telaga ini terkenal dengan keindahannya, airnya yang tenang dan jernih, memantulkan langit biru, dan hijau pepohonan di sekitarnya. Sungguh tempat yang sempurna untuk bersyukur atas ciptaan Tuhan yang luar biasa.

Berfoto setelah menyelesaikan tugas pelayanan misa. Foto: dokumentasi Iunvenish Chorus.

Tidak jauh dari Telaga Menjeran, kami mengunjungi Kebun Teh Panama. Hamparan kebun teh yang hijau menyegarkan mata dan pikiran. Aroma daun teh yang khas dan segar terasa menyenangkan saat kami berjalan di antara barisan tanaman teh yang tertata rapi. Pemandangan dari puncak bukit di Kebun Teh Panama benar-benar memukau, dengan panorama alam yang memanjakan mata sejauh mata memandang.

Perjalanan kami berlanjut ke Batu Ratapan Angin, Dieng. Dari puncak bukit ini, kami bisa menyaksikan pemandangan luar biasa yang terkenal dengan keindahan telaga berwarna yang memberikan sensasi yang tak terlupakan. Angin sepoi-sepoi yang bertiup di puncak bukit menambah keasyikan menikmati alam yang masih alami dan belum tersentuh oleh modernisasi.

Selanjutnya, kami mengunjungi Kawah Sikidang, yang terkenal dengan produksi belerangnya. Di sini, kami bisa melihat langsung uap yang keluar dari dalam perut bumi, memberikan pengalaman yang unik dan menambah pengetahuan kami tentang fenomena alam.

Puncak dari perjalanan ini adalah mendaki Bukit Sikunir. Kami berangkat dini hari agar tidak ketinggalan momen terbitnya matahari. Perjalanan yang cukup menantang dengan tanjakan yang curam, cuaca dingin, dan angin sepoi-sepoi menemani kami menyaksikan keajaiban alam ini. Rasa lelah terbayar saat kami tiba di puncak Bukit Sikunir yang merupakan daerah yang sering dijuluki negeri di atas awan. Dari sana, kami menyaksikan panorama yang luar biasa. Bukit-bukit berderet di sekeliling kami, menyelimuti alam yang masih dalam kegelapan.

Saat yang dinanti-nanti akhirnya tiba, mentari pagi muncul perlahan dari ufuk timur, memancarkan sinar terang yang mengalahkan kegelapan malam. Sungguh sebuah pengalaman yang memberikan sejuta makna dan mengukir kenangan indah yang tak terlupakan. Cahaya ilahi yang terbit dari ufuk timur, memancarkan sinar terang benderang yang menerangi alam, mengingatkan kami akan kebesaran Sang Pencipta.

Perjalanan kami di Bukit Sikunir, dengan segala tantangannya, memberikan pelajaran berharga tentang perjuangan dan keindahan yang selalu menanti di akhir perjalanan. Seperti gelapnya malam yang akhirnya dikalahkan oleh terbitnya sang mentari, setiap perjuangan dalam hidup ini pasti akan membawa kita kepada terang dan keindahan yang luar biasa.

Foto: dokumentasi Iuvenish Chorus

Perjalanan ini bukan hanya tentang keindahan alam, tetapi juga tentang perjuangan dan kebersamaan. Setiap langkah yang kami ambil, setiap pemandangan yang kami lihat, dan setiap momen yang kami bagi bersama, semuanya menyatu dalam melodi iman dan harmoni alam yang begitu indah. Perjalanan ini mengajarkan kami untuk selalu bersyukur dan menghargai setiap keindahan yang telah Tuhan berikan.

Pengalaman ini mengajarkan kami tentang perjuangan dan keindahan. Seperti biji sesawi yang tumbuh menjadi pohon besar, begitu pula setiap usaha kita dalam menciptakan harmoni dan kebaikan akan berbuah indah. Mentari pagi di Bukit Sikunir adalah simbol harapan dan cahaya baru yang selalu ada setelah kegelapan, mengingatkan kita untuk selalu berjuang dan menjadi sumber cahaya bagi orang lain. Begitulah pengalaman tak terlupakan kami dalam tugas koor di Paroki Santo Paulus Wonosobo dan perjalanan menikmati keindahan alam Wonosobo dan Dieng. Setiap tempat yang kami kunjungi, setiap keindahan yang kami saksikan, memberikan pelajaran dan kenangan yang berharga, membentuk harmoni yang sempurna antara iman dan alam.